Meski Dibayar Mahal, Rio Dewanto Tolak Film Horor Berbau Seks

Rio Dewanto
Nama Rio Dewanto semakin dikenal saja, terlebih lagi aktor yang dijuluki sebagai 'Raja FTV' ini baru saja terlibat di film '? (Tanda Tanya)' arahan Hanung Bramantyo. Bukan itu saja, wajah oriental, kulit coklat serta koleksi tato di tubuhnya, membuat banyak orang yang penasaran dengan sosok Rio Dewanto, khususnya para wanita. Apalagi jika melihat Rio Dewanto bertelanjang dada memamerkan tato di tubuhnya, para perempuan pasti dibuat ser-seran melihatnya.

Semakin populer nama seorang artis, tentunya semakin tinggi juga penghasilan yang didapatnya. Namun buat Rio Dewanto, uang bukanlah tolak ukur dan prioritasnya untuk berkarya. Ditengah maraknya perfilman Indonesia yang didominasi oleh film-film horor yang dibumbui adegan seks serta menjual sensualitas, Rio Dewanto mengaku sama sekali tak tertarik jika ditawari bermain di film seperti itu, walaupun dibayar mahal.

Menurut kekasih Atiqah Hasiholan ini, yang menjadi nomor satu baginya adalah karya, bukan uang. Jadi walaupun diberi honor tinggi untuk membintangi film horor esek-esek, Rio Dewanto pasti akan menolaknya. "Gue nggak mau, karena uang buat gue bukan masalah, nomor satu buat gue itu karya," ujarnya saat ditemui di pembuatan video klip Debra, di Plaza FX, Senayan, baru baru ini.

Pemeran tokoh Ping Hendra di film '? (Tanda Tanya)' ini memiliki alasan menolak film horor yang dibumbui adegan ranjang. Menurutnya film horor itu jauh dari realita kehidupan. Pemilik tato ular ini tak mau membohongi penonton lewat film horor. "Menurut gue nggak ada bagus-bagusnya juga karena bohongin orang, emang loe pernah lihat kuntilanak? Nggak pernah kan jadi ngebohongin orang aja itu film (sejenis itu)," jelasnya.

Rio Dewanto pun menyayangkan produser film yang hanya berpatokan pada keuntungan semata. Menurutnya, film horor berbau seks saat ini benar-benar hanya menjual keseksian tubuh dan adegan vulgar dibanding isi cerita. "Itu buat jualan banget. Produser bikin mindset penonton itu 'Gue masuk bioskop bisa plus nonton gambar begituan'. Nah itu mesti di hilangkan hal-hal seperti itu menurut gue," tandasnya. Bisakah para produser film Indonesia melakukannya?
Source

No comments:

Post a Comment